Rabu, 30 Desember 2009

Kalau Sudah Rejeki, Tidak Akan Kemana...

Waktu itu sore-sore.
Ketika sedang belanja di mall perut rasanya lapar sekali, ternyata perut Ihsan (anak lelakiku) pun begitu. Biasanya dia paling cuek yang namanya makan, tapi sekarang dia memintanya.
Aku seneng banget, dong. Akhirnya ihsan mau makan juga. Sebagai anak empat tahun yang harus mendapatkan gizi melimpah ihsan memang terlihat lebih ramping. Karena ya itu tadi, nafsu makannya harus dikatrol.
singkat cerita makanan udah tersedia di depan kita. menuku cuma nasi goreng seafood aja plus teh botol dingin. menu Ihsan (lupa lagi nama menunya) terdiri dari telur dadar yang ditaburi mayones, sosis goreng, kentang goreng plus teh botol dingin. Dia makan dengan lahap, namun aku lebih lahap lagi. Setelah beberapa menit, nasi goreng ku telah kosong berpindah tempat. sambil menikmati manisnya teh botol, kuperhatikan cara makan Ihsan. Dia masih makan hanya frekuensi mengunyahnya lama sekali. Telur dadarnya masih ada setengah, sosisnya tinggal satu, dan kentang gorengnya mungkin telah dimakan setengahnya. Teh botolnya pun telah diminum setengahnya. Aku nasihatkan dia untuk menghabiskan semua, jawabannya sungguh di luar dugaan. Ma, Ihsan pengen pipis, katanya.
Aku bingung, kami hanya berdua. Bila aku mengantarnya ke toilet, pramusaji mungkin akan menyangka kami telah selesai makan. Dan membereskan mejanya. Namun bila tidak diantar, tak mungkin anak empat tahun dapat ke toilet sendiri di mall besar ini apalagi bila bersuci. Pasti bingung dia.
Pramusaji yang biasanya hilir mudik menyerahkan makanan kepada pelanggan kali ini tidak ada. Akhirnya aku putuskan menemani Ihsan ke toilet. Sebelumnya aku bertanya, apakah dia sudah kenyang? Jawabannya belum, dia masih ingin menikmati makanannya. Dengan pasrah aku tinggalkan meja itu.
Benarlah dugaanku.
Meja kami telah bersih ketika kami tiba dari toilet. Kasihan Ihsan, dia heran melihat mejanya kosong. Dia mencari-cari makanannya sambil terus bertanya, kemana makanan Ihsan, teh botolnya mannnnnnaaa?
Dalam kebingungan itu, untunglah melintas seorang pramusaji. Langsung aku ceritakan apa yang terjadi. Pramusaji itu terlihat kaget dan dia melihat Ihsan. Anak lelaki itu sedang melihat ke kiri dan ke kanan, lalu menatapku. Ma, Ihsan masih lapar, katanya polos.
Pramusaji yang terlihat kaget itu mengakui bahwa dialah yang memberesi meja, dan dia meminta maaf pada kami karena tidak tahu bahwa kami belum selesai. Mungkin karena kasihan melihat balita yang masih mencari makanannya dia akhirnya menjamin akan mengganti makanan itu. Aku setuju.
Selang beberapa lama, akhirnya menu Ihsan datang lagi. Telur dadar utuh, sosis utuh dan kentang goreng panas yang masih utuh. Lengkap dengan mayones dan sambal tomatnya, plus teh botol dingin penuh.
Rejeki anak, begitulah fikirku.
Pramusaji itu mempersilahkan kami menikmati menunya sambil meminta maaf. Ya...tentu saja aku maafkan dia, karena kami tidak dirugikan bila ada penggantian ini. Ihsan pun makan lagi dengan lahap. Aku tunggu dia hingga kenyang.

Tidak ada komentar: